Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

ALIANSI PEMBURU KAUM KIRI

Gambar
RAPAT tertutup itu berlangsung tanpa perdebatan. Selama dua jam, perwakilan sejumlah organisasi kemasyarakatan bergiliran menyampaikan pendapat di lantai dua kantor Majelis Ulama Indonesia, Rabu siang pekan lalu. Kesimpulan mereka serupa: tanda-tanda kebangkitan Partai Komunis Indonesia semakin jelas. ”Kami mewakili seluruh jaringan yang sadar akan bangkitnya PKI,” kata Alfian Tanjung, Ketua Departemen Kajian Strategis Gerakan Bela Negara (GBN), setelah menghadiri rapat tersebut. Hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam Shobri Lubis, Ketua GBN Mayor Jenderal Purnawirawan Budi Sujana, serta perwakilan Gerakan Pemuda Islam Indonesia dan Pelajar Islam Indonesia. Ada pula anggota staf ahli Menteri Pertahanan, Ian Santoso, yang memberikan catatan bahwa gejala bangkitnya PKI sudah begitu kentara. Menurut Alfian, semua peserta rapat sepakat mengawasi dan melawan segala gerak-gerik pendukung PKI. ”Mereka tak bisa tersenyum manis saja,” ujar

MUSIM RAMPAS SETELAH INSTRUKSI

Gambar
Anggota Banser membakar bendera berlambang Partai Komunis Indonesia di kompleks kantor Gubernur Jawa Tengah, 30 September 2015. Mereka menolak Presiden Joko Widodo meminta maaf kepada korban pelanggaran hak asasi manusia setelah peristiwa 30 September 1965. R EAKSI di media sosial yang terpantau di layar iPad itu membuat Presiden Joko Widodo gerah. Yang paling mengusik Presiden, antara lain, komentar bahwa pemerintah Jokowi—yang baru berumur setahun lebih—tiba-tiba menjadi represif seperti Orde Baru gaya baru. Siang itu, Kamis pekan lalu, Presiden memanggil beberapa orang dekat dia, baik yang ada di lingkungan Istana maupun yang di luar Istana. Presiden bertanya bagaimana sesungguhnya reaksi masyarakat atas instruksi yang dia sampaikan dua hari sebelumnya.  Baca juga :  MEMBELA DENGAN NYANYI DAN AKSI BAGIAN 1 ”Ada sebagian aparat yang dianggap kebablasan dalam menerjemahkan perintah Presiden,” kata juru bicara Presiden, Johan Budi Sapto Pribowo. Di Jakarta dan beberapa kota lain di Jaw

Berbagi Gerak di Tepi Hutan Kaldera

Gambar
  MULANYA Suprapto Suryodarmo menggerakkan tangan dan kakinya di halaman pondok itu. Lalu Su Wen-Chi turut serta. Tak butuh waktu lama bagi Ramli Ibrahim dan Benny Krisnawardi ikut bergabung. Alunan seruling bambu dari Bisma, musikus yang kebetulan hadir di pinggiran hutan Kaldera, Bogor, Jawa Barat, mengiringi gerakan tari bebas itu. Tak ada panggung depan atau belakang. Mereka menari lepas, merespons gerak satu sama lain. Sepuluh menit kemudian, satu demi satu penari yang lebih muda turut bergabung. Ada yang mengambil tempat di tengah Prapto dan Wen-Chi. Ada yang naik ke atas batu, ada yang berkelompok.  Mereka melebur dengan senior-senior mereka. Tak ada jarak. Improvisasi itu terjadi dalam lokakarya yang digelar Akademi Indonesian Dance Festival (IDF) sepanjang 1-7 Mei 2016 di Pondok Kaldera—sebuah ”alternative space” yang dikelola perupa Hanafi. Sebanyak 16 penari dan koreografer muda terlibat. Mereka terpilih setelah diseleksi selama dua bulan. Tiga di antara mereka dijadwalkan t

DANGDUT

Gambar
PERAWAN apaan? Emangnya gua perawan? Lu sendiri udah berapa kali main dangdut sama gua.” Kalimat itu diucapkan tokoh bernama Mercedes Marpaung dalam novel berjudul Generasi Gegap Gempita (1978) garapan Remy Sylado. Novel itu pernah dimuat sebagai cerita bersambung di majalah TOP, 1975, berjudul Bowat! Bowat!. Pembaca mungkin tergoda oleh pengakuan ”main dangdut” di kalimat Mercedes. Mengapa dangdut berhubungan dengan keperawanan? Apa itu main dangdut? Kita tak bisa memastikan ”main dangdut” adalah bermain musik dangdut.  Pembaca justru menduga pengarang sengaja menulis ”main dangdut” cenderung ke peristiwa sanggama. Kita simak percakapan antara John Wesley Thomas dan Mercedes Marpaung saat berada di kamar, tempat mereka menginap di belakang Pasar Baru, Jakarta. Sepasang kekasih sedang lari dari penangkapan polisi. Di luar kamar, hujan terus menetes. Di kamar, sepasang kekasih ”bermain-main lidah”. Mercedes berkata, ”Dingin ya.” Sang kekasih menjawab, ”Dangdut, yuk.  Kalok dangdut kita

DI BALIK PANGGUNG SHREK

Gambar
LORD Farquaad, pangeran dari Kerajaan Duloc, sosoknya kerdil. Kakinya pendek sekali. Christian Marriner, aktor yang memerankan Lord Farquaad, di balik kostum jubah kerajaan yang dikenakannya tentu harus melipat kakinya dan berjalan dengan dengkul sepanjang pertunjukan. Penonton tertawa saat melihat pangeran kate yang tingkah lakunya konyol itu ingin kawin dengan putri Fiona yang cantik jelita (diperankan oleh Lindsay Dunn).  Penonton juga tertawa saat Shrek, sosok monster hijau yang mencintai Putri Fiona, menginterupsi upacara pernikahan. Si ogre hijau itu menyatakan rasa asmaranya kepada Fiona dengan menyanyikan Big Bright Beautiful World. Jakarta adalah kota pertama di Asia yang menjadi saksi percintaan Shrek dan Fiona serta gagalnya perkawinan Lord Farquaad dan Fiona. Broadway Entertainment Group memulai tur Shrek keliling Asia dari Jakarta. Sejak 5 hingga 22 Mei nanti, Shrek tampil setiap hari di Ciputra Artpreneur, kecuali hari Senin. Total ada 24 pertunjukan yang digelar. Khusus

Istana Kini Berada Di Partai Beringin Loh

Gambar
Sehari sebelum bertemu dengan Jokowi, Kalla juga berencana mengumpulkan pemimpin Golkar daerah di Hotel JS Luwansa, Kuningan. Pesan pendek undangan ini beredar di lingkup internal kader partai beringin. Belakangan, acara itu dibatalkan tanpa ada pemberitahuan lagi. ”Tentu ada pertimbangan sendiri,” ujar ketua tim sukses Ade Komarudin, Mohamad Suleman Hidayat. Kalla enggan terus terang soal dukungan terhadap calon ketua umum. Namun dia mengakui ada preferensi mendukung calon tertentu.  ”Semua orang pasti punya penilaian. Mana yang baik, mana yang kurang baik. Pastilah,” kata Kalla. Juru bicara Kalla, Husain Abdullah, menampik kabar bahwa Kalla telah menjatuhkan pilihan pada satu calon. ”Kalaupun ada yang bertanya, Pak Kalla akan memilih yang bersih dan punya rekam jejak baik,” ujar Husain. Kehadiran tangan pemerintah terasa sejak Golkar memutuskan menggelar musyawarah nasional melalui rapat pimpinan nasional pada Januari lalu. Saat penutupan rapat itu, Jokowi mengutus Luhut Binsar Pandj

PILIHAN PAHIT GENDHIS MANIS

Gambar
SEKARANG bukan zamannya lagi perilaku ”asal bos senang”. Keputusan direksi dan komisaris PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III menolak perintah Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno mengakuisisi pabrik gula Gendhis Multi Manis sudah tepat. Tentu Menteri Rini tidak nyaman, tapi secara bisnis akuisisi itu memang sangat tidak layak. Selain biayanya mahal, prospek pabrik gula itu masih belum jelas. Perintah akuisisi itu ada kaitannya dengan target swasembada gula pada 2019. Target itu akan dicapai dengan membangun pabrik baru atau mengakuisisi pabrik yang sudah ada. Gendhis dibidik karena bangkrut. Sudah tujuh bulan pabrik itu tak lagi berproduksi. Harga penawarannya pun tergolong murah, hanya Rp 300 miliar. Pemiliknya, Lie Kamadjaja, mengklaim investasi Gendhis Rp 1,7 triliun. Ternyata masih ada beban lain. Pembeli harus juga menanggung utang. Padahal utang Gendhis ke Bank BRI tergolong besar, lebih dari Rp 885,4 miliar plus tunggakan bunga Rp 61 miliar. Ditambah utang jangka pendek

MEMELIHARA HANTU KOMUNISME

Gambar
PRESIDEN Joko Widodo semestinya tidak mendua sikap perihal fobia aparat dan sebagian masyarakat terhadap komunisme. Presiden harus dengan tegas menghentikan pelarangan diskusi dan pentas seni serta perampasan buku dan gambar berbau komunis yang marak akhir-akhir ini. Sikap tak tegas itu terasa dari dua pernyataan Jokowi yang terkesan ingin menyenangkan dua kelompok: para pengidap komunistofobia dan mereka yang menganggap ideologi itu cuma barang loak.  Mula-mula, dalam pertemuan dengan Kepala Kepolisian RI, Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jaksa Agung, dan Kepala Badan Intelijen Negara, Jokowi mengeluarkan perintah agar penyebaran komunisme ditindak tegas. Belakangan, lewat juru bicara Istana, Johan Budi S.P., Presiden meminta pencegahan penyebaran komunisme tidak dilakukan dengan kebablasan. Pernyataan pertama memberi justifikasi kepada aparat untuk main sikat. Pernyataan kedua—mungkin dengan maksud mendinginkan suasana  nyatanya tidak membuat polisi dan tentara surut langkah. Apa yang

Tetap Bekukan PSSI

  SURAT dari badan sepak bola dunia, FIFA, bak angin segar bagi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia. Surat itu mendorong pemerintah mencabut pembekuan yang dikeluarkan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi pada April 2015. Dalam keadaan yang sudah ”cair” itu, PSSI dapat menggelar kongres luar biasa. Sebanyak 85 dari 107 pemilik suara di PSSI telah meminta kongres luar biasa segera terlaksana. Dalam Statuta PSSI tertera, kongres luar biasa dapat digelar jika ada permintaan dari dua pertiga pemilik suara, dan harus dipenuhi dalam tempo tiga bulan.  Sejatinya PSSI telah menggelar kongres luar biasa pada April lalu. Namun hasil kongres itu mendapat tentangan dari sejumlah pihak, termasuk pemerintah. Sengketa personal tak terelakkan. Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti tak akur dengan Menteri Imam. Skors itu pun turun dari FIFA. Pemain dan klub sepak bola Indonesia tak bisa unjuk gigi dalam pertandingan regional, apalagi internasional. Sekarang Indonesia menempati posisi ke-185 dari