ALIANSI PEMBURU KAUM KIRI


RAPAT tertutup itu berlangsung tanpa perdebatan. Selama dua jam, perwakilan sejumlah organisasi kemasyarakatan bergiliran menyampaikan pendapat di lantai dua kantor Majelis Ulama Indonesia, Rabu siang pekan lalu. Kesimpulan mereka serupa: tanda-tanda kebangkitan Partai Komunis Indonesia semakin jelas. ”Kami mewakili seluruh jaringan yang sadar akan bangkitnya PKI,” kata Alfian Tanjung, Ketua Departemen Kajian Strategis Gerakan Bela Negara (GBN), setelah menghadiri rapat tersebut. Hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam Shobri Lubis, Ketua GBN Mayor Jenderal Purnawirawan Budi Sujana, serta perwakilan Gerakan Pemuda Islam Indonesia dan Pelajar Islam Indonesia.

Ada pula anggota staf ahli Menteri Pertahanan, Ian Santoso, yang memberikan catatan bahwa gejala bangkitnya PKI sudah begitu kentara. Menurut Alfian, semua peserta rapat sepakat mengawasi dan melawan segala gerak-gerik pendukung PKI. ”Mereka tak bisa tersenyum manis saja,” ujar Alfian. Yang mereka paparkan sebagai tandatanda kebangkitan komunisme di Indonesia adalah sejumlah kegiatan kalangan masyarakat sipil. Di antaranya perhelatan Belok Kiri Fest di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta pada 27 Februari-6 Maret lalu, rencana pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta di kantor Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta pada 3 Mei 2016, serta ASEAN Literary Festival di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 5- 8 Mei lalu. 

Baca Juga : Profil Yusniar Amara Bagian 2

Berbeda dengan tudingan kelompok Islam garis keras itu, penyelenggara acara menyatakan kegiatannya tak bersangkut paut dengan kebangkitan komunisme. Ketua AJI Yogyakarta Anang Zakaria, misalnya, mengatakan film dokumenter Pulau Buru akan diputar dalam acara Hari Kebebasan Pers Dunia. ”Film itu bisa disebut karya jurnalistik. Pemerintah pun tak pernah melarangnya,” ujar Anang. Sekretaris Jenderal Komite Belok Kiri Fest Indraswari Agnes menyatakan hal senada. Menurut dia, festival itu melawan propaganda Orde Baru. ”Acara itu untuk menyudahi buta politik dan amnesia sejarah,” kata Agnes. Di Jakarta, bukan hanya kegiatan masyarakat sipil yang jadi sasaran. Pertemuan di kantor MUI juga menyebut Simposium Nasional ”Membedah Tragedi 1965” di Hotel Aryaduta, Jakarta, pertengahan April lalu, sebagai pertanda hidupnya kembali komunisme.

Padahal acara tersebut difasilitasi Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, dengan ketua panitia pengarah Letnan Jenderal Purnawirawan Agus Widjojo. Kala itu, Alfian dan kawan-kawan mengerahkan massa untuk berunjuk rasa di depan Hotel Aryaduta. Menurut Ketua MUI Ma’ruf Amin, perwakilan organisasi kemasyarakatan Islam juga meminta MUI mengeluarkan fatwa haram terhadap komunisme. ”Kami mendukung gerakan antikomunis. Kami bisa saja menerbitkan fatwa haramnya paham itu,” ujar Ma’ruf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Olahraga Sepak Bola Indonesia Kini Berebut Kursi PSSI

Pembeli Dari Gula Manis Sekarang Meningkat Cukup Pesat

Gelombang Razia Sekarang Meningkat Pesat