Pabrik Gula Kini Menjadi Permasalahan Publik


Kenapa Kementerian BUMN meminta perusahaan pelat merah membeli pabrik gula ini? Dengan melihat persoalan kedepan, pemerintah ingin ada swasembada gula. Artinya, tidak mengimpor gula lagi. Kalau ingin meningkatkan pendapatan petani tebu, kita harus menanam tebu lebih banyak. Lalu pemerintah melihat ada pabrik yang bermasalah dan apa yang bisa dilakukan terhadap pabrik tersebut. Kami mendapat informasi perusahaan BUMN dipaksa membeli pabrik ini. 

Tidak ada permintaan khusus seperti itu. Dua perusahaan BUMN yang ditunjuk menolak meneruskan proses akuisisi. Kalau mereka menolak, ya, sudah. Sebelum mengakuisisi, pasti ada studi kelayakan. Kalau menurut mereka valuasi nilainya tidak cocok, ya, tidak jadi. NAMANYA disebut-sebut sebagai salah satu pejabat Kementerian Badan Usaha Milik Negara yang pernah menghubungi Bahana Securities. Tapi Wahyu Kuncoro membantah melakukan intervensi. ”Saya menelepon Bahana untuk mempertanyakan dasar dan asumsi yang dipakai dalam membuat rekomendasi,” katanya. 

Baca Juga : PEMIMPIN NONMUSLIM YANG ADIL

Ditemui Gustidha Budiartie dan Akbar Tri Kurniawan dari Tempo pada Kamis pekan lalu, Wahyu menceritakan proses akuisisi. Kenapa pemerintah meminta perusahaan pelat merah mengakuisisi Gendhis? Bank BRI awalnya yang menawarkan kepada PTPN bahwa ada pabrik gula di Blora yang mau bangkrut. Pabrik ini kreditornya BRI. Jadi, daripada membangun pabrik baru, BRI menawarkan kepada BUMN perkebunan. Setelah itu baru Kementerian BUMN diberi tahu. PT Perkebunan Nusantara menyatakan tidak meneruskan akuisisi. Berdasarkan hasil valuasi, PTPN tidak cocok dengan harga yang ditawarkan. 

Akhirnya pabrik ini ditawarkan ke Rajawali Nusantara Indonesia, melalui anak usahanya. Jadi ini semua demi menyelamatkan BRI? Tidak, ini soal fleksibilitas dan manajemen risiko. Kebetulan pemerintah punya program swasembada gula. Jadi kenapa tidak diambil alih BUMN saja. RNI juga sedang mengkaji pembelian ini. Bukankah RNI sudah menolak akuisisi? Bukan menolak. RNI mau membeli, tapi harga tidak cocok. Gendhis yang berhak menentukan harga. Gendhis menyodorkan harga Rp 300 miliar. Bahana Securities bilang tidak layak.... Bahana tidak menyatakan tidak layak. Memang kinerja GMM ini memble. 

Kapasitas pabriknya 60 persen untuk gula dan 40 persen rafinasi. Jadi biarkan BUMN mengkaji dulu. (Hasil studi kelayakan Bahana Securities 18 Desember 2015, yang salinannya diperoleh Tempo, menyebutkan nilai Gendhis Rp 56 miliar dan tidak layak diakuisisi.) Mesin Gendhis sebagian untuk rafinasi. Apakah ini sinyal pemerintah akan membuka impor raw sugar? Tidak. Kapasitas Gendhis maksimal 4.000 ton cane per day. Kami coba sediakan kekurangan tebu mereka. PTPN punya banyak lahan yang bisa dikonversi ke tebu. Salah satunya kebun karet.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Olahraga Sepak Bola Indonesia Kini Berebut Kursi PSSI

Pembeli Dari Gula Manis Sekarang Meningkat Cukup Pesat

Gelombang Razia Sekarang Meningkat Pesat