INTERVENSI SETELAH VALUASI


DOKUMEN itu tebalnya 65 halaman. Isinya berisi kajian atas kondisi pabrik, proyeksi nilai, dan risiko yang ditanggung pemerintah bila mengakuisisi PT Gendhis Multi Manis. Dikerjakan oleh PT Bahana Securities hampir dua setengah bulan, studi kelayakan yang diserahkan pada 18 Desember 2015 ini menjadi acuan batalnya PT Perkebunan Nusantara IX mengakuisisi pabrik gula milik Lie Kamadjaja yang terletak di Blora, Jawa Tengah, itu.

Menurut kajian Bahana, setidaknya ada lima risiko yang harus dipertimbangkan PTPN sebelum membeli Gendhis. Dari risiko utang Gendhis di Bank Rakyat Indonesia senilai Rp 885,4 miliar, lokasi air yang sulit, minimnya pasokan tebu, hingga ketergantungan pada impor raw sugar agar pabrik bisa beroperasi. Bahana bahkan menemukan ada beberapa kepemilikan tanah yang statusnya tidak jelas. ”Atas dasar itu, Bahana menyatakan rencana akuisisi ini tidak layak,” ujar seorang pejabat badan usaha milik negara yang mengetahui riwayat transaksi ini, Selasa pekan lalu. 

Baca Juga : Luhut Binsar Pandjaitan

Di akhir kajiannya, Bahana menyimpulkan, nilai yang wajar untuk Gendhis hanya Rp 56 miliar. Angka itu jauh lebih rendah daripada tawaran Lie Kamadjaja yang mencapai Rp 300 miliar. Menurut pejabat tadi, PTPN III langsung merespons hasil rekomendasi Bahana. PTPN III semula berencana menyuntikkan pinjaman jangka panjang Rp 400 miliar kepada PTPN IX dan PTPN XI untuk mengakuisisi Gendhis. Sebagai induk perusahaan perkebunan, PTPN III mengirimkan surat kepada Kementerian BUMN pada 23 Desember 2015. ”PTPN meminta rencana akuisisi tidak dilanjutkan,” kata pejabat tadi. Batalnya akuisisi ini, menurut dia, membuat perusahaan pelat merah itu berang. Beberapa pejabat di Kementerian BUMN sempat menelepon direksi Bahana. Salah satunya Deputi Bidang Usaha Industri Argo dan Farmasi Wahyu Kuncoro. 

Mereka meminta Bahana mengubah rekomendasi. Gara-gara panggilan telepon itu, kata pejabat lain di BUMN, rekomendasi Bahana berubah. Bahana belakangan menyebutkan akuisisi Gendhis layak dilakukan dengan catatan ada kepastian impor gula rafinasi selama beberapa tahun agar pabrik bisa beroperasi. Ditemui di kantornya pada Kamis pekan lalu, Wahyu membantah melakukan intervensi. Wahyu mengatakan ia menelepon Bahana hanya untuk mempertanyakan dasar dan asumsi yang dipakai dalam membuat rekomendasi. ”Saya hanya konfirmasi, apakah asumsi tersebut valid atau tidak,” ujarnya. 

Menurut Wahyu, rekomendasi Bahana memasukkan unsur yang tak pasti, seperti kebutuhan gula rafinasi untuk mengoptimalkan mesin pabrik. Padahal Kementerian BUMN ingin Bahana menghitung potensi kapasitas mesin secara penuh bila hanya memanfaatkan tebu petani. Direktur Bahana Group Dwijanti Tjahjaningsih membenarkan bahwa salah satu unit usaha mereka, yakni PT Bahana Securities, melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap rencana pembelian Gendhis Multi Manis. ”Hasil rekomendasinya sudah disampaikan,” katanya. Namun Bahana menolak memberikan komentar lebih lanjut. 

”Kami belum bisa memberikan keterangan karena semuanya sudah diserahkan kepada Kementerian BUMN,” ujar Sekretaris Korporat Bahana Group I Gede Suhendra.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Olahraga Sepak Bola Indonesia Kini Berebut Kursi PSSI

Pembeli Dari Gula Manis Sekarang Meningkat Cukup Pesat

Gelombang Razia Sekarang Meningkat Pesat